Ini adalah Ramadhan Syarif. “Syahru Ramadhana ‘l-ladzi `unzila fihi ‘l-Qur’anu hudaan lin-naasi wa bayyinati ‘n-mina ‘l-Huda Wa ‘l-Furqaan” (2:185). Bulan ini adalah bulan azhamat. Tunjukkan penghormatan untuknya. “Kami menghormatinya”. “Ok, tetapi apa yang kalian lakukan?” “Kami menaruh lilin di menara” Allah! Penghormatan macam apa ini? Lalu? “Kami membuat jamuan iftar.” Itu bukan manusia tetapi binatang yang membawanya pada jamuan itu. Apa itu jamuan iftar? Ini, 3 sendok sup, 5 sendok ini itu. Hanya itu saja. Apakah kalian memberi makan rohani kalian? Dapatkah kalian membuatnya semakin kuat? “Apa yang dapat kami lakukan? Kami juga meletakkan mahya (lampu-lampu) di menara.” Tetapi mahya yang kalian buat adalah mahya yang tidak dapat diterima, karena di sana ada kata-kata dari orang kafir. Kalian tidak dapat mengatakan, “Marhaba O Syahru Ramadan mubarak.” Mereka akan mencopotnya. Tetapi ketika kalian mencopotnya, mereka juga mengambil kehormatan kalian.
Sultanul Awliya Mawlana Shaykh Muhammad Nazim Adil an Naqshbandi
This is Ramadan Sharif. “Shahru Ramadana lladhi ‘Unzila Fihi l-Qur’anu Hudaan “Lin-Nasi Wa Bayyinatin Mina l-Huda Wa l-Furqani”(2:185). This month is a month of azamat. Show respect for it. “We respect it”. “Ok, and what do you do?” “We put candles on the minarets”. Allah! What kind of respect is this? Then? “Then what do we do? We make iftar feasts”. It isn’t the Man but it is the animal which brings him to feast on it. They say “iftar feasts”. What is an iftar feast? Here, 3 spoons of soup, 5 spoons of this and that. It is all about this. Do you feed your spirituality? Can you make it grow stronger? “Well, what can we do? We made mahya (lights) on the minarets too”. But the mahya you made is the mahya that is not accepted because you had it written there in the letters of the unbelievers. You couldn’t say “Marhaba O Shahru Ramadan mubarak”. They removed it. But when you removed it, they also took away your honour.
Sultan Ul Awliya Mawlana Shaykh Muhammad Nazim Adil an Naqshbandi